Bentrok Polisi vs Geng Narkoba di Brasil Tewaskan 132 Orang

Sebanyak 132 orang tewas dalam operasi polisi terbesar dalam sejarah Brasil saat aparat keamanan negara bagian Rio de Janeiro menyerbu markas Comando Vermelho (Red Command), geng narkoba paling berbahaya di kawasan favelas. enca.com+2News24+2


 Kronologi Insiden

Pada Selasa pagi (28 Oktober 2025), sekitar 2.500 petugas polisi dan militer Brasil melakukan serangan besar-besaran di kompleks favelas Complexo do Alemão dan Penha Complex, Rio de Janeiro, menarget geng narkoba melalui helikopter, kendaraan lapis baja, dan drone. mint+1
Korban tewas awalnya dilaporkan sebanyak 64 orang, kemudian muncul data baru dari kantor pembela publik Rio yang mengatakan angka kematian mencapai 132, termasuk empat petugas kepolisian. The Independent+1
Warga setempat menemukan puluhan mayat terbujur di jalanan dan lokasi sekitar, beberapa dilaporkan “ditemukan di belakang bukit” setelah operasi berlangsung keras. thenewdaily.com.au


 Dampak Terhadap Warga Sipil & Kepedulian HAM

Warga di kompleks favelas menyebut operasi ini bukan sekadar penegakan hukum, melainkan aksi pembantaian massal. Beberapa saksi melaporkan korban digenapkan dalam kondisi tubuh terluka parah, dengan dugaan eksekusi baku tembak langsung. The Daily Jagran
Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights (OHCHR) menyatakan keprihatinan serius dan meminta investigasi independen atas langkah aparat. www.ndtv.com


 Faktor Pemicu & Kontroversi

Gubernur Rio de Janeiro, Cláudio Castro, menyebut serangan sebagai perang terhadap “narkoterorisme” dan menyatakan bahwa semua yang tewas adalah kriminal yang melakukan perlawanan. mint
Namun, aktivis lokal dan pengacara menduga sejumlah korban merupakan warga sipil atau anggota komunitas yang tidak terlibat langsung dalam geng. News24
Operasi tersebut terjadi menjelang acara besar global di Rio—termasuk rangkaian kegiatan pra-COP30 Climate Summit—yang memunculkan pertanyaan tentang apakah penegakan hukum dipengaruhi oleh agenda internasional. The Business Standard

Laporan terbaru dari Human Rights Watch (HRW) menyoroti adanya dugaan pelanggaran serius dalam operasi tersebut. Beberapa rekaman video amatir menunjukkan suara tembakan tanpa jeda selama berjam-jam di wilayah pemukiman padat. HRW mendesak pemerintah Brasil untuk membentuk tim investigasi independen di bawah pengawasan internasional agar penyelidikan berlangsung transparan.

Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, berjanji meninjau ulang strategi keamanan nasional dan mengingatkan aparat agar tidak mengabaikan prinsip kemanusiaan. Ia menegaskan bahwa perang melawan narkotika tidak boleh berubah menjadi perang terhadap rakyatnya sendiri.

Selain itu, Komisi HAM Brasil mencatat lebih dari 200 keluarga kehilangan tempat tinggal karena rumah mereka hancur dalam baku tembak. Sejumlah lembaga sosial mulai membuka posko darurat dan layanan psikologis bagi anak-anak yang terdampak kekerasan.

Analis politik dari Universidade de São Paulo menilai peristiwa ini dapat mengguncang legitimasi politik pemerintah daerah Rio, terutama jika ditemukan bukti keterlibatan oknum aparat dalam pembunuhan di luar hukum.


✅ Kesimpulan

Bentrok fatal ini memperlihatkan kompleksitas ekstremitas konflik antara aparat keamanan dan jaringan kriminal di wilayah urban Brasil. Meskipun operasi ini memukul geng narkoba berskala besar, dampak pada warga sipil dan keadilan prosedural menimbulkan pertanyaan penting tentang batasan tindakan aparat dalam kondisi darurat keamanan. Investigasi penuh serta transparansi menjadi syarat utama agar insiden sekelas ini tidak menciptakan luka sosial jangka panjang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *